☀️
Go back

Diamankan Polisi

6m 12s

Diamankan Polisi

Penggunaan kata "diamankan" jika dimaksudkan sebagai penangkapan atau penahanan sebaiknya dihindari dalam tulisan jurnalistik. Penghalusan makna kata (eufemisme) semacam ini bisa mengaburkan makna sebenarnya. --- **Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co.

Transcription

542 Words, 3835 Characters

Hai hai hai, selamat bergabung di Siniat Celetuk Bahasa Tempo bersama saya Dewa dan saya Rosa, senang bisa hadir kembali di pekan ini. Oke Dewa, topik apa yang akan kita bahas kali ini ya? Kita akan membahas topik yang tidak asing dalam pemberitaan media Ros. Mungkin sebelumnya bisa didengarkan terlebih dahulu cuplikan audio berikut ini. Pemberantasan korupsi mengamankan beberapa pihak dalam operasi tangkap tangan. Nah, di episode ini kita akan membahas topik tentang penghalusan makna kata. Oh iya, kalau dari kutipan audio tadi contoh kata yang merupakan penghalusan adalah kata diamankan. Kata ini lazim dilontarkan oleh polisi dan dikutip oleh jurnalis. Betul, jika penggunaan kata diamankan untuk tujuan menghaluskan kata ditangkap justru tidak dimenarkan dalam jurnalistik loh. Pemilihan kata dalam berita harus tegas, kalau pelakunya memang ditangkap ya sebut saja ditangkap. Tapi menariknya kita masih sering menemukan kata diamankan ini di berbagai media. Dan seakan-akan media masa tabu menggunakan kata ditangkap atau ditahan. Dalam tulisan jurnalistik penghalusan makna kata atau eufemisme sebaiknya dihindari karena akan mengambulkan makna sebenarnya. Eufemisme akan mengubah realitas yang kasar dan buruk menjadi halus. Contohnya adalah kalimat seorang pencuri diamankan polisi. Pencuri kok diamankan? Diamankan dari apa atau dari siapa? Memang dalam konteks tertentu bisa saja si pencuri diamankan oleh polisi dari amuk masa yang memergoki ulahnya. Ini sesuai dengan salah satu makna mengamankan dalam kamus besar bahasa Indonesia. Yaitu menahan orang yang melanggar hukum demi keamanan umum dan keamanan orang itu dari kemungkinan tindakan main hakim sendiri. Tapi hal seperti itu sangat jarang terjadi. Bagaimana pula dengan kalimat seorang koruptor diamankan? Diamankan dari apa atau dari siapa? Dalam konteks berita koruptor yang ditangkap itu ya sebut saja ditangkap atau ditahan misalnya bukan diamankan. Dengan kata diamankan itu seolah-olah jurnalis merasa sungkan kepada pelaku. Kata diamankan ini tak hanya dipergunakan aparat kepolisian tapi juga satuan polisi Pamang Praja alias Satpopepe. Ketika Satpopepe melakukan razia gelandangan rasa yang muncul adalah Satpopepe mengamankan para gelandangan yang terjaring razia. Tujuannya mungkin memang untuk menghaluskan karena para gelandangan ini tidak ditangkap dan dipenjara tapi biasanya dibawa ke panti sosial. Namun secara kasat mata faktanya Satpopepe melakukan penangkapan para gelandangan bukan? Benar sekali. Tapi yang menarik Ros penghalusan makna kata atau eufemisme ini tidak selamanya keliru loh. Kadang kita juga membutuhkannya dalam berbahasa. Dalam bahasa pergaulan sehari-hari eufemisme tidak selalu buruk. Kebelakang atau buang air kecil sebagai pengganti kencing misalnya menjadi tuturan yang sopan. Terutama jika pembicara mengatakannya kepada orang yang lebih tua atau orang yang baru dikenalnya. Begitu pula kamar kecil yang mengacu ke tempat kencing atau tempat buang air besar. Berpulang atau sudah tak ada juga pilihan kata yang halus dibanding mati untuk menyebut kerabat yang meninggal. Jadi di luar konteks berita eufemisme justru diperlukan dalam komunikasi sehari-hari di antara pengguna bahasa. Nah jadi ingat ya eufemisme itu tidak jadi masalah selama tidak mengaburkan makna sebenarnya. Semoga lewat senior ini kamu bisa lebih memahami penggunaannya dengan tepat. Dan jika kamu punya pertanyaan lebih lanjut seputar bahasa Indonesia. Jangan sungkan untuk mengirim pesan kepada kami di instagram at podcast.tempo. Demikian Celetuk Bahasa Tempo kali ini. Nantikan episode barunya jumat depan ya. Sebelum berakhir kita dengarkan dahulu celetuk dari Bu Usuh Harmi. Sampai jumpa. Sampai jumpa. Sampai jumpa. Sebagian orang berbahasa dengan latah. Hasilnya adalah deretan kata seperti ini. Gegara dingorankan, tiba-tiba dipolisikan.

Key Points:

  1. Diskusi tentang penghalusan makna kata dalam pemberitaan media.
  2. Eufemisme dalam bahasa sehari-hari sebagai pengganti kata-kata kasar.
  3. Pentingnya penggunaan kata yang tegas dalam berita untuk menjaga kejelasan informasi.

Summary:

Dalam diskusi di Siniat Celetuk Bahasa Tempo, Dewa dan Rosa membahas tentang penghalusan makna kata dalam pemberitaan media. Mereka menyoroti penggunaan eufemisme seperti "diamankan" sebagai pengganti kata-kata tegas seperti "ditangkap" dalam berita. Meskipun eufemisme dapat diterima dalam bahasa sehari-hari untuk menghindari kata-kata kasar, dalam konteks berita, penggunaan kata yang tegas dianggap lebih penting untuk menjaga kejelasan informasi. Diskusi juga menggarisbawahi bahwa eufemisme tidak selalu salah, terutama dalam komunikasi sehari-hari di antara pengguna bahasa. Namun, dalam berita, penggunaan kata yang tepat dan jelas dianggap lebih efektif. Penekanan pada penggunaan kata yang tepat dan tegas dalam pemberitaan disampaikan sebagai upaya menjaga kejelasan informasi yang disampaikan kepada publik.

FAQs

Penghalusan makna kata adalah upaya untuk mengubah kata yang kasar atau buruk menjadi lebih halus.

Eufemisme dalam jurnalistik sebaiknya dihindari karena dapat mengaburkan makna sebenarnya dari suatu berita.

Penggunaan kata yang tegas dalam tulisan jurnalistik penting agar informasi disampaikan dengan jelas dan tidak terdistorsi.

Penggunaan eufemisme diperlukan dalam komunikasi sehari-hari untuk menyampaikan hal sensitif dengan lebih sopan dan halus.

Kata 'diamankan' sering digunakan sebagai eufemisme dalam berita untuk menghaluskan penyampaian informasi agar terdengar lebih sopan dan tidak terlalu kasar.

Chat with AI

Ask up to 5 questions based on this transcript.

No messages yet. Ask your first question about the episode.